Sebagai pribadi yang beriman, kita percaya bahwa Allah SWT menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk sekaligus pedoman hidup manusia, khususnya, agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sehingga bisa dipastikan, tidak ada satu pun orang yang mengaku beriman tapi kemudian mengingkari status Al-Quran tersebut.

Berstatus sebagai pedoman, sudah barang tentu Al-Quran yang terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6200 lebih ayat berisi tuntunan-tuntunan ilahi yang oleh setiap mukmin dijadikan sebagai sumber rujukan dan referensi dalam menjalankan aktifitas kehidupannya di dunia ini.

Ada yang berupa tuntunan aqidah atau keyakinan, seperti ayat-ayat yang berbicara tentang eksistensi Allah SWT, keagungan-Nya, kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya, dan sebagainya. Atau berbicara tentang perkara-perkara gaib yang tidak kasat mata seperti eksistensi malaikat, surga-neraka, alam qubur, dan lain sebagainya.

Ada juga yang berupa tuntunan kisah-kisah umat-umat terdahulu dengan para nabi-nabi dan rasulnya. Di mulai dari nabi Adam AS sampai nabi Isa AS. Kisah-kisah mereka yang diceritakan Al-Quran banyak dan sarat akan nilai-nilai keimanan dan kehidupan.

Kisah para tukang sihir raja Firaun yang tetap teguh mempertahankan keimanannya ketika mereka semua diintimidasi olehnya sebagai bentuk hukuman karena telah berpihak dan beriman kepada nabi Musa AS dan Harun AS, ini mengajarkan dan menginspirasi kita bagaimana harus bersikap untuk mempertahankan keimanan, apa pun resikonya.

Dan ada juga tuntunan yang berupa perintah dan larangan yang bernilai ibadah. Allah SWT wajibkan kepada semua hambanya untuk melaksanakan sholat 5 waktu, berpuasa di bulan ramadhan, mengeluarkan zakat, pergi haji, meninggalkan judi, berzina, menimum khamar, mengkonsumsi makanan haram, dan banyak lagi.

Ini artinya konsep makan-minum merupakan bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT, dalam hal ini berarti memakan makanan yang halal. Banyak ayat yang menjelaskan tentang perintah makan dan minum secara umum atau pun secara spesifik, alias yang dikonsumsi harus makanan dan minuman yang halal.

وَإِذِ ٱسۡتَسۡقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ فَقُلۡنَا ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡحَجَرَۖ فَٱنفَجَرَتۡ مِنۡهُ ٱثۡنَتَا عَشۡرَةَ عَيۡنٗاۖ قَدۡ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٖ مَّشۡرَبَهُمۡۖ كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ مِن رِّزۡقِ ٱللَّهِ وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُفۡسِدِينَ ٦٠

Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS Al-Baqarah : 60)


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٌ ١٦٨

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah : 168)


وَقَطَّعۡنَٰهُمُ ٱثۡنَتَيۡ عَشۡرَةَ أَسۡبَاطًا أُمَمٗاۚ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ إِذِ ٱسۡتَسۡقَىٰهُ قَوۡمُهُۥٓ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡحَجَرَۖ فَٱنۢبَجَسَتۡ مِنۡهُ ٱثۡنَتَا عَشۡرَةَ عَيۡنٗاۖ قَدۡ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٖ مَّشۡرَبَهُمۡۚ وَظَلَّلۡنَا عَلَيۡهِمُ ٱلۡغَمَٰمَ وَأَنزَلۡنَا عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَنَّ وَٱلسَّلۡوَىٰۖ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡۚ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ١٦٠

“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri. (QS Al-A’raf : 160)

Perintah untuk mengkonsumsi makanan yang halal bukan saja bisa kita temui dalam Al-Quran, tetapi dalam sunnah nabi Muhammad SAW pun bisa kita temui. Bahkan disebutkan dalam seuah hadits bahwa segala sesuatu yang berstatus halal itu bisa dengan mudah kita ketahui, dan pengertiannya berarti makanan halal itu banyak dan mudah didapatkan.